Ancaman Cyber Security
- Ransomware & Malware, kerugiannya jauh lebih
mahal dibanding kebocoran data.
Hingga bulan mei 2019
saja, kerusakan yang diakibatkan oleh Ransomware sudah hampir mencapai $ 11,5
miliar, yang secara kasar diterjemahkan menjadi seseorang yang menjadi korban
baru setiap 14 detik. Menggunakan malware atau perangkat lunak untuk menolak
akses ke komputer atau sistem hingga tebusan dibayarkan. Ancaman ini lebih
mahal daripada pelanggaran data tradisional. Namun ironisnya, itu bukan ancaman
membayar tebusan dan biaya data curian yang mendorong para eksekutif untuk
meningkatkan perlindungan keamanan mereka. Saat ini, faktor pendorongnya adalah
meminimalkan dampak paling mahal – gangguan organisasi yang lebih luas
dari serangan cyber dan biaya untuk membersihkan
jaringan dan memulihkan operasi bisnis. Ransomware terus meningkat, dan
biayanya lebih mahal dari yang Anda kira.
- Serangan Titik Akhir: Tren Cloud dan SaaS Menjadi
Lebih Mudah untuk Peretas
Ketika perusahaan
memindahkan semakin banyak sumber daya ke dalam “cloud”, permukaan serangan
akan terus tumbuh dalam ukuran, sehingga memudahkan pengganggu untuk melewati
langkah-langkah keamanan masa lalu. Dengan budaya membawa-perangkat-Anda
sendiri yang kita tinggali saat ini dikombinasikan dengan proliferasi penyedia
SaaS untuk layanan data, peretas memiliki banyak vektor serangan yang dapat
dipilih.
Tantangan yang dihadapi
organisasi saat ini adalah mengamankan akses ke sumber daya di luar lokasi ini,
yang biasanya digunakan sebagai batu loncatan bagi aktor jahat untuk masuk ke
jaringan Anda. Lagi pula, setiap serangan dimulai pada titik akhir, apakah itu
berfungsi sebagai target sebenarnya atau tidak. Jadi, apakah risikonya berasal
dari penggunaan yang tidak sah dari aplikasi Shadow IT yang digabungkan dengan
sumber daya perusahaan atau pengguna hanya mendapatkan “pwned” (diretas) dari
jaringan perusahaan melalui cara lain, ancaman terhadap titik akhir pengguna
adalah tantangan nyata yang memiliki belum diselesaikan.
- Phishing: Lebih Canggih dari Sebelumnya
Phishing telah lama
terbukti sebagai salah satu cara termurah dan termudah untuk mengkompromikan
target, itulah sebabnya ia tetap menjadi vektor serangan cyber # 1 untuk
peretas. Lebih sering daripada tidak, serangan phishing tampak normal, email
setiap hari dari sumber tepercaya tetapi mengirimkan malware ke komputer atau
perangkat Anda, memberi peretas akses kritis yang mereka butuhkan.
Dengan meluasnya
penggunaan layanan SaaS seperti Dropbox, Slack, Office 365, Salesforce dan
lainnya, peretas meningkatkan keterampilan peniruan mereka dengan jenis
serangan yang lebih canggih mulai dari isian kredensial hingga metodologi
rekayasa sosial canggih. Konten menjadi lebih relevan dan menarik bagi calon
korban, memikat mereka untuk terlibat dan membocorkan informasi. Akibatnya,
serangan ini menjadi lebih sulit dikenali, bahkan untuk pengguna yang mengerti
teknologi.
- Kebangkitan Serangan Pihak Ketiga & Rantai
Pasokan
Serangan rantai pasokan
(juga disebut serangan pihak ketiga) terjadi ketika sistem Anda disusupi
melalui mitra atau penyedia luar yang memiliki akses ke sistem dan / atau data
Anda. Dengan lebih banyak rantai pasokan digital dan penyedia layanan menyentuh
lebih banyak data perusahaan daripada sebelumnya, permukaan serangan telah
berubah secara dramatis. Peretas memiliki peluang lebih luas, dan jenis
serangan ini menjadi lebih jelas. Pelajari lebih lanjut tentang risiko rantai
pasokan dalam prediksi keamanan Masergy untuk 2019.
Pembaruan perangkat
lunak dan tambalan keamanan merupakan perlindungan penting, namun merupakan
bidang kerentanan lainnya saat bekerja dengan pihak ketiga. Sebagian besar
perangkat lunak pihak ketiga bergantung pada perpustakaan eksternal dan sumber
daya untuk pembaruan dan tambalan. Jika sumber daya eksternal ini dikompromikan
oleh aktor jahat, mereka dapat dengan mudah mengarahkan pembaruan sistem ke
server jahat untuk mengirimkan malware ke korban mereka.
- Serangan Berbasis AI dan ML: Cybercrime
Berkembang dengan Alat Canggih
Machine Learning (ML)
dan pendekatan Artificial Intelligence (AI) lainnya
sekarang digunakan untuk memerangi kejahatan dunia maya, menjadi “taruhan”
dalam semua strategi keamanan modern. Tetapi alat yang sama digunakan untuk
melawan kita.
Ketika ML dan AI menjadi
lebih mudah tersedia bagi massa, peretas menggunakan mereka untuk meningkatkan
kecanggihan serangan mereka. Dengan alat-alat ini, serangan dapat dikalikan dan
kejahatan dunia maya dapat mencapai ketinggian yang sama sekali baru. Kami
sudah melihat buktinya! Banyak serangan ransomware yang tersebar luas baru-baru
ini digerakkan oleh ML dan AI.
Manajemen Resiko
Risiko pasti akan
dimiliki oleh setiap perusahaan yang sedang beroperasi. Untuk meminimalisir
risiko yang akan timbul, maka perusahaan harus mampu mengatur sehingga tidak
akan menganggu proses kinerja perusahaan. Pengaturan itu, dikenal dengan
sebutan manajemen risiko. Tahukah kalian apa itu manajemen risiko? Manajemen
risiko (risk management) dapat dikatakan suatu proses identifikasi,
analisis, penilaian, pengendalian, dan upaya menghindari, meminimalisir, atau
bahkan menghapus risiko yang tidak dapat diterima. Sedangkan di dalam
perusahaan, dapat didefinisikan sebagai suatu proses perencanaan, pengaturan,
pemimpinan, dan pengontrolan aktivitas sebuah organisasi untuk meminimalisir
risiko pendapatan perusahaan.
Proses manajemen risiko memberikan
gambaran kepada kita bahwa untuk mengelola risiko ada beberapa tahapan yakni:
1. Perencanaan Manajemen Risiko.
Perencanaan meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati dan
merencanakan kegiatan manajemen risiko untuk sebuah proyek. Dengan
mempertimbangkan lingkup proyek, rencana manajemen proyek, faktor lingkungan
perusahaan, maka tim proyek dapat mendiskusikan dan menganalisis aktivitas
manajemen risiko untuk proyek-proyek tertentu.
Untuk membuat perencanan manajemen risiko, ada bebrapa hal yang
diperlukan yakni 1) Project Charter, yakni dokumen yang dikeluarkan oleh
manajemen senior yang secara formal menyatakan adanya suatu proyek. Dokumen ini
memberi otorisasi kepada manajer proyek untuk menggunakan sumberdaya organisasi
untuk melaksanakan aktivitas proyek. 2) Kebijakan manajemen risiko, 3) Susunan
peran dan tanggung jawab 4) Toleransi stakeholder terhadap risiko 5) Tamplate
untuk rencana manajemen risiko organisasi 6) Work Breakdown Structure (WBS)
Output dari perencanaan manajemen risiko adalah Risk Management Plan yang
berisi:
· Metodologi yang menguraikan definisi
alat, pendekatan, sumber data yang mungkin digunakan dalam manajemen risiko
proyek tertentu
· Peran dan Tanggung Jawab yang
menguraikan tanggung jawab dan peran utama serta pendukung berikut keanggotaan
tim manajemen risiko untuk setiap tindakan
· Budget yang berisi rencana anggaran
untuk manajemen risiko proyek
· Waktu yang berisi rencana waktu
pelaksanaan proses manajemen risiko di sepanjang siklus proyek
· Scoring dan Intepretasi yang
menguraikan metode skoring dan intepretasi yang sesuai tipe dan waktu analisis
risiko kualitatif maupun kuantitatif.
2. Identifikasi Risiko
Sebagai suatu rangkaian proses, identifikasi risiko dimulai dengan
memahami apa sebenarnya yang disebut sebagai risiko. Berikutnya adalah
pendefinisian risiko yang mungkin mempengaruhi tingkat keberhasilan proyek dan
mendokumentasikan karakteristik dari tiap-tiap risiko dengan melakukan Hasil
utama dari langkah ini adalah risk register.
Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan analisis sumber risiko dan
analisis masalah Analisis sumber risiko yaitu analisis risiko dengan melihat
darimana risiko berasal. Ada tiga sumber risiko yang sudah banyak dikenal yakni
Risiko internal yakni risiko yang bersumber dari internal organisasi yang dapat
dikategorikan dalam non technical risk (manusia, material, keuangan) dan
technical risk (disain, konstruksi dan operasi). Analisis masalah adalah
analisis risiko yang terkait dengan kekawatiran/ rasa khawatir.
Untuk dapat mengidentifikasi risiko setidaknya ada empat metode yang
digunakan, yakni 1) Identifikasi risiko berdasarkan tujuan Yaitu risiko
diidentifikasi berdasarkan sejauh mana suatu peristiwa dapat membahayakan
pencapaian tujuan secara perbagian atau secara keseluruhan pekerjaan proyek. 2)
Identifikasi Risiko berdasarkan Skenario. Yakni risiko diidentifikasi
berdasarkan skenario yang dibuat berdasarkan perkiraan terjadinya sebuah
peristiwa. 3) Identifikasi risiko berdasarkan Taksonomi. Yakni risiko
dibreakdown berdasarkan sumber risiko dengan menggunakan pengetahuan praktik
yang ada melalui daftar pertanyaan yang telah disusun yang jawabannya akan
menunjukkan risiko yang ada. 4) Common risk check. Yakni risiko yang sudah
biasa terjadi didaftar dan dilakukan pemilihan mana risiko yang sesuai dengan
proyek yang sedang dikerjakan.
3. Analisis Risiko Kualitatif
Analisis kualitatif salam manajemen risiko adalah proses menilai dampak
dan kemungkinan risko yang sudah diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan
menyusun risiko berdasarkan dampaknya terhadap tujuan proyek. Analisis ini
merupakan cara prioritisasi risiko sehingga membentuk gambaran risiko yang
harus mendapat perhatian khusus dan cara merespon risiko tersebut seandainya
terjadi.
4. Analisis Risiko Kuantitatif
Analisis risiko secara kuantitatif merupakan metode untuk
mengidentifikasi risiko kemungkinan kegagalan sistem dan memprediksi besarnya
kerugian. Analisis ini dilakukan dengan mengaplikasikan formula matematis yang
dikaitkan dengan nilai finansial. Secara matematis penghitungan risiko
dilajkukan dengan mengalikan tingkat kemungkinan kejadian dengan dampak yang
ditimbulkan. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengambil langkah
strategis dalam mengatasi risiko yang teridentifikasi.. Meskipun analisis
kuantitatif ini menggunakan pendekatan matematis, namun pada prinsipnya
analsisi ini merupakan tindak lanjut yang mengikuti hasil analisis kualitatif.
Kesulitan utama dalam analisis risiko kuantitatif adalah pada saat menentukan
tingkat kemungkinan karena data-data statistik belum tentu tersedia untuk semua
peristiwa.
5. Penanganan Risiko
Penangan risiko diartikan sebagai proses yang dilakukan untuk
meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai pada batas yang dapat
diterima. Sacra kuantitatif, upaya meminimalisasi risiko dilakukan dengan
menerapkan langkah-langkah yang diarahkan pada turunnya angka hasil ukur yang
diperoleh dari analisis risiko. Meskipun dalam penanganan risiko dapat
dilakukan dengan satu atau lebih cara yang diaplikasikan secara bersamaan atau
simultan misalnya mengurangi risiko sekaligus mengalihkan risiko, namun secara
umum, teknik yang digunakan untuk menangani risiko dikelompokkan menjadi
beberapa kategori, yaitu 1) Menghindari risiko yakni dengan tidak melakukan
aktivitas yang beresiko dan memilih melakukan kegiatan yang tidak memiliki
risiko. 2) Mitigasi/ Reduksi/ Mengurangi risiko yakni dengan melakukan tindakan
untuk mengurangi peluang terjadinya peristiwa yang tidak diharap. Misalnya
dengan memilih orang-orang yang kompeten untuk dipekerjakan di proyek. 3)
Menerima risiko yakni tetap melakukan pekerjaan yang mengandung risiko dengan
tidak melakukan perubahan apapun namun menyiapkan rencana kontingensi jika
risiko terjadi. 4) Tranfer Risiko yakni dengan mengalihkan risiko ke pihak lain
misalnya dengan membeli asuransi.
Manajemen Keamanan Informasi
Aktifitas untuk menjaga
agar perusahaan dan sumber daya informasi tetap aman disebut
Manajemen keamanan informasi. CIO adalah orang yang tepat untuk memikul tanggung jawab atas
keamanan informasi, namun kebanyakan organisasi mulai menunjuk orang tertentu
yang dapat mencurahkan perhatian penuh terhadap
aktivitas ini. Direktur keamanan sistem informasi perusahaan digunakan untuk
individu di dalam organisasi, biasanya anggota dari unit sistem informasi, yang bertanggung
jawab atas keamanan system informasi perusahaan tersebut. Namun saat ini
perubahan sedang dibuat untuk mencapai tingkat informasi yang lebih tinggi lagi
di dalam perusahaan dengan cara menunjuk seorang Direktur Assurance informasi perusahaan (CIAO).
Seorang
CIAO harus mendapatkan serangkaian sertifikat keamanan dan memiliki pengalaman minimum 10 tahun dalam mengelola suatu fasilitas keamanan
informasi.Pada bentuknya yang paling dasar,
manajemen keamanan informasi terdiri atas empat tahap yaitu:
1.Mengidentifikasi ancaman yangdapat
menyerang sumber daya informasi perusahaan
2.Mengidentifikasi risiko yang
dapatdisebabkan oleh ancaman-ancaman tersebut
3.Menentukan kebijakan keamanan
informasi
4.Mengimplementasikan pengendalian untuk mengatasi risiko-risiko
tersebut
source :